JELANG RAMADHAN: MASYARAKAT TONJONG SANGKANURIP GELAR BABARIT
Kuningan-Babarit menjadi salah satu tradisi khas yang masih dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Ada sejumlah tahapan pelaksanaan yang diiringi tari-tarian dan lantunan petuah buhun khas Sunda. Tradisi Babarit juga diketahui membawa pesan khusus agar manusia tak membeda-bedakan sesama.
Mengutip laman resmi Pemerintah Kabupaten Kuningan, setiap desa di sana memiliki ciri tersendiri dalam melaksanakan Babarit seperti melalui pementasan seni, dilangsungkan saat panen hingga momen-momen tertentu.
Namun di balik beragamnya khazanah budaya Babarit, fungsi utama dari kegiatan budaya itu adalah mengingatkan manusia agar saling menghormati dan tidak berlaku lampah seenaknya, termasuk merusak alam.
Membawa Ajaran Etika dan Adab dari Nenek Moyang
Secara garis besar, upacara Babarit diawali dengan berkumpul di balai desa untuk menggelar doa bersama dan dilanjutkan mengunjungi makam sesepuh setempat.
Untuk di beberapa tempat, setelah berdoa juga dilakukan penyembelihan hewan domba khusus berjenis kendit. Domba jenis ini memiliki ciri khusus, yakni berwarna hitam dengan garis putih di bagian perutnya.
Dilangsungkannya pemberian doa kepada nenek moyang adalah bentuk etika dan adab masyarakat Sunda di Kuningan. Di mana, mereka diajak untuk tidak melupakan jasa pendahulu yang membuat masyarakat saat ini aman damai dan tenteram.
Tradisi Babarit Meningkatkan Rasa Cinta Terhadap Tempat Lahir
Disampaikan Tokoh Pemuda, Kosim, S.PdI dalam pelaksanaan Babarit di Kampung Tonjong, Desa Sangkanurip, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, Kamis (7/3/24) lalu, tradisi ini juga mencerminkan rasa cinta terhadap tempat lahir manusia.
Menurutnya, rasa cinta ini bisa terus dirawat melalui pelaksanaan Babarit dengan mengingat jasa-jasa para pendahulu.
“Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke (ada nya jaman sekarang itu karena adanya jaman dulu, jangan lupakan sejarah, jangan lupakan jasa para pahlawan), Momentum Hari jadi ini diharapkan dapat menyadarkan seluruh warga masyarakat betapa pentingnya sejarah demi kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara, karena kecintaan terhadap daerah dimulai dari lingkup terkecil yaitu desa kemudian sampai ke level yang paling besar yaitu Tanah Air tercinta Republik Indonesia,” harapnya. (AK)