PERSPEKTIF MODERN DALAM MEMBANGUN USAHA/BISNIS

PERSPEKTIF MODERN DALAM MEMBANGUN USAHA/BISNIS

Pada umumnya permodalan merupakan kendala utama bagi orang yang ingin berwirausaha. Hal ini merupakan mental block (hambatan mental/psikologis yang menyelubungi pikiran seseorang) yang terjadi dalam paradigma tradisional sehingga mewujudkan keinginannya untuk berwirausaha.

Dalam perspektif modern, permodalan terhalang untuk berwirausaha karena modal utama dalam usaha/bisnis adalah konsep usaha itu sendiri.

Ada 5 modal yang harus dimiliki dalam menjalankan bisnis yakni konsep bisnis, networking/jejaring, kejujuran, tanggung jawab moral dan loyalitas

1. KONSEP BISNIS

Dalam paradigma modern, konsep bisnis/usaha adalah modal utama dalam menjalankan sebuah usaha. Seseorang yang akan melakukan usaha harus tahu betul konsep yang akan dijalankannya. Konsep akan didapatkan ketika kita mau berpikir (Sesungguhnya dalam menciptakan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang hari terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan masalah dan mereka tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. QS. Ali Imron : 190-191). 

Kita bisa berpikir dari apa yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan. Jadi, berpikir merupakan jembatan untuk mendapatkan sebuah konsep usaha.

Selain itu, konsep harus secara tertulis dalam bentuk rencana bisnis sehingga layak atau tidak untuk dijalankan.

Dalam rencana bisnis, aspek-aspek legalitas, produksi/jasa, pemasaran, SDM, finansial serta analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan/hambatan) harus benar-benar jelas.

2. NETWORK / JEJARING

Modal yang kedua dalam perspektif modern adalah network/jejaring. 

Ketika seseorang sdh memiliki sebuah konsep bisnis yang dalam rencana bisnis, maka dia dapat menawarkan konsep tersebut kepada jejaring/jaringan yang dimiliki. Jika ia datang kepada orang yang tepat dan usaha yang ditawarkan menguntungkan, maka kemungkinan besar pemilik konsep dapat menjalankan bisnisnya walaupun harus ada perjanjian bagi hasil dengan pemberi modal. Namun hal ini menggugurkan pandangan yang menyakini bahwa tanpa adanya modal finansial, maka seseorang akan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin berwirausaha.

Oleh sebab itu, pandai dan mudah dalam bergaul serta selalu membina pergaulan, persaudaraan dan perkawanan akan memudahkan seseorang dalam membentuk jaringan. Jika kita menganggap jaringan/perkawanan/persahabatan/persaudaraan adalah aset, maka ia akan menjaga serta membina hal tersebut.

3. KEJUJURAN

Kejujuran sangat penting dan aset berharga dalam menjalankan usaha/bisnis. Apalagi permodalan merupakan bantuan pihak lain yang akan berdampak pada kepercayaan si pemberi modal. Dengan kemajuan teknologi saat ini yang begitu cepat, maka kegagalan yang dilakukan akan mudah tersebar melalui media sosial.

4. TANGGUNG JAWAB MORAL

Kita tidak mengetahui cara si pemberi modal mendapatkan dana. Mungkin saja si pemberi modal menjual aset, mengeluarkan tabungan atau kredit bank dan lain-lain. Jika kita memahami dan menghargai hal ini, maka kita akan sungguh-sungguh dalam menjalankan usaha sebagai amanah dari pemberi modal.

5. LOYALITAS

Ketika usaha yang dijalankan mengalami kemajuan, ada potensi si pemberi modal ditinggalkan oleh pelaksana usaha dengan berbagai cara. Kecurangan ini akan berdampak negatif terhadap si pelaksana usaha dimana di kemudian hari dia mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya terhadap si pemberi modal (Barangsiapa yang akan memperbaiki seberat dzarrahpun, pasti akan melihat (balasan)nya. pasti dia akan melihat (balasan)nya pula ( QS. Al Zalzalah ; 7-8).  Oleh karena itu, loyalitas dalam aktivitas usaha ini harus tetap dipelihara dengan baik.

Dr. Tohana, MM

Entrepreneur, Akademisi, Motivator & Pemerhati Ekonomi