PEMBINAAN PROKLIM DI DAERAH 

PEMBINAAN PROKLIM DI DAERAH 

Oleh : Muhamad Kundarto 

Mengamati perkembangan Proklim 10 tahun terakhir, khususnya dalam pembinaan lokasi di daerah, sangat menarik untuk dicermati. Walaupun dinamika antar wilayah atau daerah berbeda-beda. Namun kita bisa belajar dari pemerintah daerah yang melakukan berbagai inovasi dalam pembinaan.

Sering kita mendengar suara di tingkat tapak, "bagaimana cara agar bisa ikut proklim", "saat ikut proklim dapat apa", dan "setelah mendapat apresiasi, selanjutnya bagaimana". Beberapa pertanyaan krusial ini harus bisa diterjemahkan dan dicarikan solusi oleh para pembina di lokasi masing-masing.

Jika kita pilah pembina terdiri dari tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota, maka koordinasi "siapa berbuat apa" perlu dilakukan. Sejauh mana pembinaan yang dilakukan oleh provinsi dan sejauh mana pembinaan oleh kabupaten/kota.

Mengingat jenjang proklim dimulai dari Pratama, Madya, Utama dan Lestari. Maka provinsi yang mempunyai cakupan lebih luas bisa membina tingkat utama dan lestari, dari proses pengajuan ke Sistem Registrasi Nasional (SRN) sampai pengembangan aksi dan dukungan keberlanjutan untuk kelembagaan. Sedangkan pada proses pengusulan awal menjadi Pratama dan Madya dapat dilakukan oleh kabupaten/kota, dimulai dari identifikasi potensi yang layak diusulkan sampai pada pendaftaran di SRN.

Seperti kita ketahui, ada keterbatasan jumlah penerima apresiasi proklim yang diundang ke Jakarta. Biasanya hanya total 50-75 lokasi per tahun. Padahal ada ratusan lokasi yang mendaftar dan yang layak kualifikasi sangat berharap bisa "diundang ke jakarta". Keterbatasan ini bisa dijembatani oleh provinsi untuk mengadakan pemberian apresiasi dalam seremonial yang dihadiri oleh gubernur. Bahkan di tingkat kabupaten/kota para bupati/walikota bisa berinisiatif memberikan apreasiasi pada para pelaku proklim di wilayahnya.

Lokasi-lokasi proklim juga perlu pembinaan secara vertikal dan horizontal untuk meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan, membangun komunikasi dengan para pihak dan publikasi di berbagai media, merintis kemitraan/kolaborasi dengan para pendukung proklim (perusahaan, perguruan tinggi dan instansi lain), dan membangun kemandirian dalam menghasilkan produk barang dan jasa guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi, kerukunan sosial dan lingkungan yang lestari. Rangkaian langkah ini membutuhkan waktu kisaran 4 tahun.

Sejujurnya ada ratusan lokasi yang masih dalam rintisan awal proklim. Namun ada puluhan lokasi yang bisa dijadikan contoh keberhasilan gerakan proklim dan layak menjadi destinasi studi banding proklim. Komunikasi antar komunitas proklim akan membangun kesejajaran, keterbukaan dan saling memotivasi diantara mereka. Sehingga memperingan pembinaan dan dukungan dari para pihak. (AK)